Ketika kita berbicara tentang horoskop, banyak orang langsung memikirkan tanda-tanda seperti Aries, Libra, atau Pisces. Namun, di Jepang, ada sistem yang sama sekali berbeda: Juunishi, atau Zodiak Jepang. Ini didasarkan pada horoskop Tiongkok dan hadir dalam kehidupan sehari-hari, tradisi Tahun Baru, dan bahkan dalam dekorasi kuil.
Juunishi diperkenalkan di Jepang sekitar 1300 tahun yang lalu, diadaptasi dari tradisi Tiongkok. Meskipun memiliki akar yang sama, setiap negara di Asia yang mengadopsi sistem ini melakukan penyesuaian tersendiri, baik dalam cerita yang berhubungan maupun dalam cara merayakan awal siklus baru.
Indeks Konten
Perbedaan dan Asal Usul Juunishi
Legenda yang paling terkenal tentang pemilihan hewan zodiak bercerita bahwa sebuah dewa mengundang semua hewan untuk pertemuan penting. Dalam versi Tiongkok, yang mengundang adalah Buda untuk merayakan Tahun Baru. Hanya dua belas hewan yang hadir, dan sebagai bentuk penghargaan, mereka diabadikan sebagai perwakilan setiap tahun dalam siklus dua belas.
Di Jepang, ada penyesuaian budaya yang signifikan. Karena orang Jepang mayoritas mengikuti Shinto, bukan Buddha yang memanggil hewan, melainkan dewa-dewa Shinto.
Aspek penting lainnya adalah kalender. Sementara Tahun Baru Tiongkok dipandu oleh Bulan dan bervariasi antara Januari dan Februari, di Jepang, Oshogatsu selalu terjadi pada tanggal 1 Januari, selaras dengan kalender matahari.

Oshogatsu dan ritual yang menandai pergantian tahun
Lebih dari sekadar perayaan sederhana, Tahun Baru Jepang adalah periode pemurnian dan pembaruan. Bahkan sebelum hari ke-1, di bulan Desember, adalah hal biasa untuk melakukan Osouji — pembersihan mendalam rumah, kantor, dan bahkan kuil. Tujuannya melampaui kebersihan: ini adalah ritual simbolis untuk membebaskan diri dari nasib buruk yang terakumulasi dan memasuki tahun baru dengan energi yang baik.
Di antara kebiasaan yang paling dipraktikkan selama Oshogatsu, beberapa layak mendapat sorotan karena keindahan dan maknanya:
- Nengajo: kartu pos yang dikirim kepada teman, keluarga, dan rekan kerja, mengharapkan kebahagiaan dan kesehatan untuk tahun yang akan datang.
- Ema: lembaran kayu kecil di mana keinginan atau ucapan terima kasih ditulis, biasanya digantung di kuil Shinto.
- Otoshidama: amplop dengan uang yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak, mendorong nilai tabungan sejak usia dini.
- Kadomatsu: arah-aran yang dibuat dengan bambu, pinus, dan plum, diletakkan di pintu masuk rumah dan perusahaan sebagai undangan bagi para dewa untuk mengunjungi dan membawa kemakmuran.
- Shimekazari: guiland yang terbuat dari jerami padi yang digantung di pintu, dengan tujuan untuk mengusir roh jahat dan menarik keberuntungan.
Setiap elemen ini berhubungan langsung dengan siklus pembaruan yang diwakili oleh Juunishi, memperkuat ide tentang permulaan kembali.
Apa saja hewan dalam Zodiak Jepang?
Siklus zodiak Jepang terdiri dari dua belas hewan, sama seperti dalam tradisi Tiongkok. Namun, ada sedikit perbedaan dalam penamaan, yang disesuaikan dengan budaya lokal. Misalnya, Babi menjadi Hutan, dan Kambing menggantikan Domba.
Lihat apa saja hewan-hewan dan apa yang mereka lambangkan:
- Nezumi (Rato) – Inteligensi, kecerdikan, dan kemampuan alami untuk bertahan hidup. Orang-orang dengan zodiak ini dianggap sebagai orang yang penasaran dan strategis.
- Ushi (Boi) – Simbol kesabaran dan kekuatan. Mereka yang lahir di bawah tanda ini biasanya dapat diandalkan dan bertekad.
- Tora (Harimau) – Melambangkan keberanian dan intensitas. Ini adalah tanda yang terkait dengan hasrat dan keinginan untuk memimpin.
- Usagi (Coelho) – Kelembutan dan sensitivitas adalah ciri-cirinya. Orang-orang dengan zodiak ini menghargai harmoni dan merupakan mediator yang sangat baik.
- Tatsu (Naga) – Simbol kekuatan dan vitalitas, merupakan satu-satunya hewan mitologis dalam zodiak. Mereka yang lahir di tahun ini membawa semangat yang kuat dan menginspirasi.
- Saya (Ular) – Dikaitkan dengan kebijaksanaan dan introspeksi. Mereka adalah individu yang analitis dan sering kali tertutup.
- Satu (Kuda) – Melambangkan kebebasan dan antusiasme. Penduduk asli tanda ini bersifat spontan, sosial, dan petualang.
- Hitsuji (Kambing) – Kreativitas dan sensitivitas adalah karakteristik utama. Mereka adalah orang-orang yang terhubung dengan seni dan kontemplasi.
- Saru (Monyet) – Ketidakpatuhan dan fleksibilitas mendefinisikan tanda ini. Seseorang yang lahir di bawah pengaruhnya cenderung komunikatif dan cerdik.
- Tori (Galo) – Ketekunan dan ketepatan. Mereka adalah individu yang menghargai organisasi dan suka memimpin.
- Inu (Anjing) – Kejujuran dan kesetiaan. Orang-orang dengan zodiak ini dilihat sebagai pelindung, dapat dipercaya, dan altruistik.
- Inoshishi (Javali) – Keberanian dan intensitas menandai tanda ini. Mereka adalah orang-orang yang tegas, yang tidak mengukur usaha untuk mencapai tujuan mereka.
Setiap hewan tidak hanya mengatur satu tahun, tetapi juga terkait dengan bulan dan jam dalam sehari, membentuk suatu struktur temporal yang jauh lebih luas daripada horoskop barat.

Keunikan Juunishi di Jepang
Sebuah perbedaan menarik antara sistem Jepang dan Cina adalah keberadaan dewa-dewa Shinto sebagai penguasa spiritual setiap hewan. Ini menciptakan ikatan yang lebih kuat antara agama tradisional Jepang dan kehidupan sehari-hari orang-orang.
Selain itu, Juunishi tidak hanya terbatas pada astrologi. Ia muncul di berbagai aspek kehidupan: kalender, dekorasi Tahun Baru, jimat keberuntungan, dan bahkan di papan terkenalEma yang digantung di kuil.
Keterampilan lainnya: orang Jepang sering mengaitkan kepribadian seseorang dengan hewan zodiaknya, tetapi dengan cara yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan tanda astrologi di Barat. Ini adalah tradisi yang menghasilkan simpati dan identifikasi, tetapi jarang menentukan pilihan penting seperti karier atau hubungan.
Zodiak sebagai ekspresi budaya
Di Jepang kontemporer, Juunishi hadir begitu kuat seperti aroma bunga sakura di musim semi. Ia muncul dalam ilustrasi, karya kerajinan, kalender, dan, tentu saja, diOmamori — jimat yang dibeli di kuil untuk menjamin perlindungan dan keberuntungan.
Selama Oshogatsu, tidak jarang melihat dekorasi dengan hewan yang akan memimpin tahun baru, baik di toko-toko, ruang publik, atau bahkan dalam patung-patung kecil yang dijual. Kehadiran ini bukan hanya estetika, tetapi mewakili undangan untuk merenungkan siklus kehidupan, tentang apa yang ingin dipertahankan dan apa yang ingin diubah.

Pertimbangan akhir: tradisi yang melintasi generasi
Juunishi lebih dari sekadar sistem tanda: itu adalah cermin cara Jepang berurusan dengan waktu, alam, dan spiritualitas. Nilainya terletak lebih pada perayaan saat ini dan penghormatan terhadap tradisi yang membentuk identitas Jepang daripada pada ramalan masa depan.
Jika Anda merencanakan untuk mengenal Jepang atau hanya ingin memahami lebih baik budayanya, mengamati bagaimana zodiak Jepang terwujud dalam kehidupan sehari-hari adalah titik awal yang sangat baik. Bagaimanapun, memahami suatu budaya juga berarti menyadari bagaimana budaya tersebut mengukur waktu dan menghargai kisah-kisahnya.